6ff5cc84-eae5-4666-b94d-d55f7a53d044.jpg

Trezeguet dan Falt akhiri kunjungan ke Afrika Tengah

SHARE
Trezeguet dan Falt akhiri kunjungan ke Afrika Tengah
Trezeguet dan Falt akhiri kunjungan ke Afrika Tengah
Trezeguet dan Falt akhiri kunjungan ke Afrika Tengah

Juventus dan UNESCO melanjutkan untuk memberikan pengaruh positif dari kolaborasi mereka di hari kedua di Republik Afrika Tengah.

Hari Kamis ditandai dengan kunjungan ke ‘Maison des Jeunes et de la culture’ (Pusat Kebudayaan dan Pemuda) di Boy-Rabe, salah satu distrik yang paling terpengaruh oleh konflik, dimana kekerasan dan ketidakamanan berkuasa ketika krisis dimulai pada 2013.

Di negara dimana 70 persen populasi mereka berada di usia dibawah 25 tahun, sangat vital ketika anak-anak yang rentan ini memiliki akses terhadap lingkungan yang produktif dimana mereka dapat belajar keterampilan profesional yang dapat memberikan awal yang baru bagi kehidupan mereka.

Dengan bantuan UNESCO pusat tersebut mengungkapkan rencana ambisius mereka untuk mewujudkannya melalui fasilitas pendidikan baru yang terbuka bagi seluruh komunitas, dibangun dengan bantuan para anak muda yang lahir dan dibesarkan di distrik tersebut.

Mereka yang berada di lokasi pembangunan sedang bekerja keras ketika David Trezeguet tiba pada pukul 10.00 waktu setempat, mereka meletakkan alat-alat mereka untuk menemui seseorang yang tidak pernah mereka bayangkan akan mereka temui secara langsung.

Peralatan kemudian kembali mereka ambil ketika presiden Juventus Legends diajak berkeliling untuk melihat lokasi pembangunan, dimana perpustakaan dan pusat multimedia disiapkan untuk menawarkan berbagai stimulasi bagi anak-anak yang menggunakan fasilitas tersebut sehari-hari.

Olahraga juga memiliki andil besar dalam proyek pengembangan kembali ini, dengan lapangan multifungsi yang baru disediakan untuk bermain bola tangan, bola voli dan sepak bola.

Saat ini mungkin merupakan masa-masa yang berat bagi distrik ini, namun sebagaimana Walikota Bangui, Hyacinthe Wodobode, mengungkapkan, bahwa ada harapan di ujung sana yang telah terlihat.

“Kami berharap anak-anak muda ini dapat menjauh dari tindak kekerasan dan kembali ke kehidupan yang damai,” ungkapnya. “Tidak ada cara yang lebih baik dalam melakukannya selain melalui pendidikan dan olahraga. Kami harap tempat ini dapat menjadi contoh untuk diikuti oleh seluruh kota di Bangui.”

“Area ini telah memiliki reputasi karena tindak kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini namun kunjungan Juventus dan UNESCO hari ini telah menunjukkan bahwa tempat ini dapat diakses. Kami ingin lebih banyak orang yang berkunjung kemari dan melihat cara kami berusaha memberikan anak-anak ini kesempatan untuk meraih masa depan yang lebih cerah,” tambah Wodobode.

Kisah lain yang didengar Trezeguet sepanjang tur pagi ini adalah tentang Geraud N’Kouet, pemimpin AS Acadjo, sebuah akademi sepak bola yang bertujuan untuk menarik anak-anak dari jalanan kembali ke lingkungan yang aman dan menyenangkan.

Penggemar dari permainan yang indah, Geraud, yang sebelumnya bermain di Perancis sebelum cedera ligamen lutut memaksanya gantung sepatu di usia muda, saat ini mendedikasikan waktunya untuk mendidik kembali para pemuda melalui sepak bola, olahraga dimana rasa hormat dan disiplin merupakan dua pelajaran mendasar untuk dapat diaplikasikan di dalam maupun di luar lapangan.

Terlepas dari masalah-masalah yang mempengaruhi praktikalitas dari kehidupan sehari-hari di Bangui, Geraud menegaskan bahwa daya tarik sepak bola memberikan bukti bahwa olahraga ini terlalu hebat untuk ditolak, dengan anak-anak yang bersedia berjalan jauh dan berpartisipasi dalam sesi latihan yang ia berikan.

Pasukannya keluar dengan kekuatan penuh ketika delegasi ini berpindah ke Federasi Sepak bola Republik Afrika Tengah, dimana sang presiden Patrice Edouard Ngaissona memberikan sambutan selamat datang secara pribadi kepada Asisten-Direktur Jenderal UNESCO untuk Hubungan Eksternal dan Informasi Publik Eric Falt serta David Trezeguet.

Sesaat setelah pertemuan berakhir, Trezeguet keluar dari gedung dan memperoleh sambutan nyanyian ‘David… Trezeguet’ dari para pemuda di akademi Geraud, yang mana antusiasme mereka dihargai dengan sebuah kaos bagi tiap pemain.

Perhentian selanjutnya bagi pasukan delegasi ini adalah markas besar PBB di Bangui dimana tantangan yang dihadapi Republik Afrika Tengah dalam memperoleh kembali lahan mereka yang hilang bersama rekan sesama negara Afrika mereka didiskusikan bersama Jenderal Babacar Gaye, Perwakilan Spesial Sekretaris-Jenderal PBB.

Guru-guru yang tidak terlatih dengan baik dan struktur pendidikan yang tidak layak memberikan hasil hilangnya satu generasi dan semua pihak sepakat bahwa terdapat jalan panjang yang harus dilalui sebelum infrastruktur yang stabil diperoleh di seluruh negara.

Namun melalui profil mendunia dari Trezeguet dan proyek dukungan fasilitas yang disediakan oleh Juventus dan UNESCO, Gaye meyakini bahwa langkah penting telah dibuat dalam memastikan bahwa Republik Afrika Tengah dan permasalahan-permasalahan mereka tidak akan terabaikan.

Item Terkait