19 November 2015
Gianluigi Buffon, di usia 17 tahun, tampil untuk pertama kalinya sebagai seorang pemain profesional untuk Parma saat melawan Milan pada 19 November 1995.
Dua puluh tahun kemudian, penjaga gawang legendaris ini, tentunya sekarang adalah kapten dan ikon Juventus, bisa saja tampil untuk Bianconeri pada Sabtu malam ini untuk menghadapi lawan yang sama sekitar 20 tahun yang lalu.
Nyeri di otot betis kanan yang didapat saat menghadapi Rumania dalam tugas membela tim nasional pekan ini mengancam kemungkinan tampilnya Buffon pada pertandingan bersejarah itu namun pria 37 tahun itu yakin ia akan berhadir di Juventus Stadium pada Sabtu malam nanti guna melengkapi kisahnya.
Berbicara kepada Sky dan Mediaset dalam wawancara spesial 20 tahun karirnya, ia memulai: “Saya merasa baik. Saya merasa ada sedikit gangguan yang memaksa saya harus menepi untuk empat atau lima hari tapi setelah pemeriksaan medis, rupanya tidak terlalu bermasalah. Saya percaya diri saya akan bermain.”
“Laga melawan Milan nanti, seperti laga-laga akan datang antara saat ini sampai Hari Natal nanti akan menentukan nasib kami musim ini. Kami beruntung karena masih banyak poin untuk bisa diraih namun itu juga menjadi tanggung jawab besar.”

Nasib Juve benar-benar berada di tangan mereka sendiri dan posisi Buffon kini berada dalam suasana yang serupa dengan yang pernah ia alami 20 tahun lalu ketika ia dibawa ke tim utama dan tak berapa lama kemudian ke tim nasional oleh manajer Parma Nevio Scala.
Dalam karir panjangnya, Gigi tak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan padanya dan bukan tanpa sentuhan khasnya yang penuh percaya diri.
“Saya ingat setiap detil hari itu, khususnya perasaan senang dan gembira yang saya rasakan sebelum laga dimulai yang akhirnya mengatasi segala rasa gugup dan berdebar-debar.
“Saat menuju ke stadion saya melihat semua orang terkejut melihat saya di sana dan mungkin sedikit khawatir jika saya tampil sejak awal laga. Karena itulah saya berpaling kepada (rekan setim) Alessandro Melli dan mengatakan, ‘kuharap Milan mendapat penalti hari ini jadi bisa kuselamatkan.”
“Saya tahu penampilan saya dalam latihan menjelang laga Milan akan meyakinkan Scala memilih saya.”
Scala pun teryakinkan ketika mantan pelatih Parma, Dortmund dan Besiktas itu mendekati Buffon muda setelah latihan di malam pertandingan sengan sebuah pertanyaan untuk dijawab.
“Wajar saja jika ia ragu karena umur saya dan kurangnya pengalaman, jadi ia datang kepada saya dengan senyum kecil di wajahnya dan bertanya: ‘Jika saya taruh kami di susunan 11 pemain besok, apa kamu siap?”
“Saya tahu ia menguji reaksi saya dan kemudian saya pun menjawab: ‘Tentu saja, Pak, jika tidak untuk apa saya di sini sekarang?’ Jawaban penuh percaya diri semacam itu akan meyakinkan siapa pun.”
Mulai saat itu, tak ada kata mundur bagi Buffon dan penampilannya di Stadio Tardini malam itu menjadi awal dari sukses besar selama dua dekade yang memancing pujian dan pengakuan banyak orang.
“Pertandingan itu mengangkat saya ke puncak. Jika saja saya bermain buruk saya tahu saya masih akan menjadi kiper terbaik namun segala yang saya lakukan untuk dicapai mungkin baru terjadi tiga atau empat tahun kemudian daripada saat kejadian sebenarnya.”
Dan mengenai malam musim panas di Berlin tahun 2006?
“Ada emosi yang begitu kuat sebelum laga-laga sebesar itu, anda tak akan punya kesempatan menghilangkannya.”
“Mendapat kesempatan untuk menjuarai Piala Dunia adalah tujuan terbesar yang dapat anda punya dalam karir anda dan sebagai hasilnya, perasaan yang diciptakannya tak tertandingi, saya benar-benar sangat bergembira saat peluit panjang ditiup. Namun, tentu saja, jika anda kalah, sebuah laga final seperti itu dapat menghasilkan perasaan sebaliknya.”
Dengan semakin dekatnya malam pertandingan yang menghadirkan perasaan emosional lainnya nanti, kami bisa pastikan bahwa nasib Juve sekali lagi berada di tangan-tangan paling aman.
