10 Desember 2015
Gigi Buffon sudah tidak asing lagi dengan konferensi pers. Hanya tiga hari usai laga terakhir timnya di Liga Champions melawan Sevilla, kapten Juventus ini menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh 18 Junior Member, pemenang dari kontes “Reporter Junior”, pada sore hari ini di Vinovo.
Dari hobi dan aspirasinya di masa kanak-kanak, prestasinya yang paling membanggakan hingga rencana ketika ia harus menggantungkan sarung tangannya, Buffon dibuat sibuk oleh para jurnalis cilik yang berkumpul di Media Center milik klub.
Tanpa banyak basa-basi, Buffon segera diminta memberikan informasi mengenai aspek terpenting dari pekerjaannya sebagai seorang kiper: bagaimana mengetahui ke arah mana seorang penyerang akan menendang.
Tanpa keraguan, kapten Juve menjawab pertanyaan teknis tersebut dengan kepercayaan diri.
Setelah ia menjawab bagaimana melakukan antisipasi terhadap tendangan penyerang lawan, berikutnya adalah kilas balik tentang penyelamatan tendangan penalti pertamanya di Serie A, yaitu saat ia mencegah Oliver Bierhoff dari peluang mencetak gol bagi Udinese ketika melawan Parma pada tahun 1996.
Masih mengenai persoalan di lapangan, Buffon mengakui ia tidak akan menangis setelah melakukan kesalahan, namun lebih kepada melakukan analisis terhadap diri sendiri dan melihat lebih jelas tentang alasan-alasan dibalik kesalahannya.
Dan, apa bayangan paling gila yang sering ia hadapi dengan menjadi seorang kiper?
Melihat kembali ketika semua menjadi awal baginya, Buffon mengakui bahwa ia tidak memulai karirnya di bawah mistar gawang hingga ia berusia 12 tahun.
Tentu saja, penjaga gawang Juve ini menghabiskan tahun-tahun awalnya mencoba di olah raga lainnya, dari bola basket saat ia masih kecil hingga tenis saat ia di usia lebih dewasa, semua saat ia sedang berlatih menjadi pesepak bola profesional.
Ini selalu menjadi pekerjaan impian Buffon, tetapi, ia tidak kekurangan dalam hal fleksibilitas dan persiapan, ia selalu memiliki opsi cadangan: untuk menjadi guru olah raga. Singkatnya, hadir dari keluarga atlet akan membuatnya tidak jauh-jauh dari jalan karir itu, entah menjadi profesional ataupun tidak.



Setelah 20 tahun bermain di level puncak, dua per tiga masa bermainnya berlangsung sebelum anak-anak yang hadir di Vinovo ini lahir.
Momen-momen yang paling membanggakan baginya? Daftar ini, seperti yang dapat anda bayangkan bukan prestasi-prestasi yang sedikit. Beberapa di antaranya adalah: debut Serie A bersama Parma, menjalani penampilan pertamanya bersama Azzurri, meraih gelar liga pertamanya dan empat Scudetti beruntun yang diraihnya bersama Bianconeri.
Ditanya mengenai masa depannya ketika ia benar-benar pensiun dari bermain, Buffon menegaskan hasratnya untuk tetap berada di dunia sepak bola, meskipun ia belum mengetahui pasti peran apa yang akan ia ambil.
Penjaga gawang terbaik di lapangan, seorang Ayah yang penuh kasih sayang terutama, kapten Juve ini menutup konferensi pers dengan mengungkapkan bahwa tugasnya dan para orang tua di luar sana mencapai area yang jauh di luar sepak bola.
Dan dengan nasihat bijak terakhirnya, Buffon secara resmi menutup acara, dengan menandatangani poster-poster, seragam replika dan bola, meninggalkan jejaknya di sebuah memorabilia yang akan menjadi pengalaman tak terlupakan bagi anak-anak yang hadir.
Bagi rekan-rekan jurnalis cilik Bianconeri di luar sana, masih akan terdapat kesempatan-kesempatan selanjutnya untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada para pemain dengan mendaftar ke Junior Membership dan mengikuti kontes di halaman ini.