Harapannya adalah bahwa pagelaran Olimpiade di akhir 2016 nanti, dapat mempercepat reformasi struktural sepakbola Italia dan melakukan perubahan mendasar dari segi personil, standar kompetensi dan bagaimana jalannya kompetisi sepakbola. Ini adalah proses yang harus dilaksanakan oleh tubuh pengelola liga, pesepakbola dan para pelatih agar dapat mennghindari berlalunya lima tahun lagi, antara tahun ini hingga 2020, menyiapkan rencana apa yang harus dilakukan tapi tak dilakukan siapapun.
Sepakbola harus kembali ke makna sejatinya dan, dalam jangka pendek, untuk meningkatkan kualitas produk yang kita tawarkan kepada para suporter, sangatlah bijak mengupayakan beberapa hal berikut ini:
- Untuk sekian lama ide membentuk tim B telah ditolak, sementara negara-negara lain telah menjamin pengembangan pemain-pemain muda mereka. Serie A harus memiliki kekuatan untuk menjembatani jarak antara kompetisi Primavera (U-19) dan kemungkinan para pemain muda itu bergabung dengan tim utama, yang berlaku bagi para pemain berumur antara 22 dan 23 tahun.
- Mereformasi sistem liga sangatlah penting dan mesti disertai dengan pemikiran mendalam dari segi kesalinguntungan. Tim-tim yang terdegradasi harus dilindungi guna mencegah kebangkrutan, begitu juga kelanjutan nasibnya. Sangatlah jelas kasus-kasus seperti yang terjadi pada Parma, yang bangkrut saat musim liga masih bergulir, atau masalah-masalah yang dihadapi banyak klub untuk memenuhi ketentuan-ketentuan UEFA, menghancurkan kredibilitas sistem secara keseluruhan, membuatnya tak lagi menarik bagi investor-investor baru potensial, yang kita perlukan, semua ini membutuhkan rencana-rencana pembangunan jangka panjang.
- Persoalan mengenai stadion, kurangnya keamanan dan kekurangan-kekurangan lain, masih tak berubah. Tak hanya belum adanya rencana perbaikan infrastruktur, fasilitas-fasilitas yang ada diberikan keringanan oleh sistem perizinan saat ini untuk dipakai. Penggunaan Teknologi Garis Gawang – sebuah tindakan positif – hanya memerlukan biaya yang semua klub mampu penuhi tanpa banyak masalah. Sedihnya, kebijakan lain dalam hal investasi keamanan tidak juga dilakukan dan teknologi video pengamatan mutakhir, yang lebih murah, justru dapat membantu pekerjaan pihak berwajib dalam mengidentifikasi oknum-oknum di balik segala tindakan pengrusakan dan jelas dapat memutuskan siapa yang disebut ‘pihak bertanggungjawab yang diputuskan secara objektif’, dimana setelah kejadian baru-baru ini yang terjadi pada laga derby di Stadio Olimpico Turin April lalu, saya lebih cenderung menyebutnya ‘pihak bertanggungjawab yang bukan utama’. Pihak yang bertanggungjwab kini tidak lagi yang paling penting dan sepakbola Italia nampaknya pasrah dengan penyimpangan ini.
Sebagai penutup, saya yakin benarlah jika kita mengatakan bahwa bisa bersuara dalam dialog dan melakukan reformasi dalam pemerintahan tidak terwujud hanya dari harapan-harapan dari pihak satu klub saja. Ini adalah tren yang terbentuk di level Eropa, berkat kemampuan institusi-institusi sepakbola untuk membuat rencana, khususnya Asosiasi Klub Eropa (ECA), dan juga UEFA. Bergabungnya klub-klub dalam Komite Eksekutif UEFA adalah peristiwa penting bersejarah, dan juga institusi itu terbukti menjadi institusi yang terstruktur baik untuk dimasuki, mengingat mereka menginvestasikan sumber daya manusia dan finansial dalam sepakbola dan secara cukup memadai ingin suara-suara mereka didengar. Sungguh merupakan kebanggaan bagi saya mewakili 220 klub dari 53 asosiasi sepakbola berbeda dalam dialog ini, bersama dengan Presiden Rummenigge. Selama 12 bulan terakhir, ECA telah mencapai kesepahaman dengan otoritas sepakbola Eropa yang mengantar pada ditandatanganinya Nota Kesepahaman (MOU) baru, berlaku hingga 2022. Kesepakatan tersebut termasuk soal keuntungan yang lebih besar bagi klub-klub, dimulai dengan Piala Eropa 2020, dan kesepakatan saling menguntungkan baru antara Liga Champions dan Europa League.
Dialog positif serupa telah dilaksanakan dengan FIFA, namun segala hal yang baru-baru ini muncul di tengah media global memperlambat proses tersebut.
Inti langkah ini adalah nantinya tak ada satu institusi sepakbola pun untuk waktu yang lama mengabaikan tutntutan transparansi dan reformasi tanpa resiko menjadi kewalahan.